1. Kenapa topik ini rame banget?
Beberapa tahun terakhir, feed sosmed dan YouTube isinya kalimat yang kurang lebih begini:
- “AI udah bisa bikin aplikasi cuma dengan sekali prompt!”
- “AI jawab soal coding lebih cepat dari manusia!”
- “Profesi programmer bakal hilang dalam beberapa tahun ke depan!”
Wajar kalau banyak programmer (apalagi yang baru mulai belajar) jadi kepikiran:
“Lah… aku baru belajar ngoding. Pas aku udah bisa, jangan-jangan kerjaannya udah diambil AI?”
Di artikel ini aku mau bahas dengan jujur dan santai: Apakah AI benar-benar akan menggantikan programmer? Jawabannya nggak sesimpel “iya” atau “nggak”, jadi kita urai pelan-pelan.
2. Apa saja yang sudah bisa “digantikan” AI?
Kita mulai dari kenyataannya dulu: AI memang sudah bisa ngerjain sebagian tugas programmer.
-
Bikin kode sederhana & boilerplate
- Generate CRUD (Create, Read, Update, Delete) standar.
- Bikin route + controller basic di framework (misalnya Laravel).
- Bikin struktur file awal untuk project.
-
Jelasin error dan log
Tinggal copy–paste stack trace atau pesan error, AI bisa bantu nebak itu error apa, kemungkinan penyebabnya apa, dan langkah perbaikan yang bisa dicoba. Kadang masih bisa salah, apalagi kalau konteksnya kurang jelas, tapi buat banyak kasus ini sudah sangat membantu.
-
Memperbaiki atau merapikan kode
Selain jelasin error, AI juga bisa bantu:
- Refactor fungsi yang terlalu panjang.
- Menghapus duplikasi kode dan bikin lebih rapi.
- Ngasih alternatif implementasi yang lebih bersih.
-
Generate unit test awal
Dari sebuah fungsi, AI bisa bikin beberapa test-case dasar. Nggak selalu sempurna, tapi lumayan buat titik awal daripada mulai dari nol.
-
Bikin contoh kode & snippet cepat
- “Contoh query Eloquent join 2 tabel.”
- “Contoh script movement karakter 2D di Godot pakai C#.”
Untuk banyak perusahaan atau solo dev, ini artinya waktu pengerjaan bisa jauh lebih singkat. Jadi iya, beberapa tugas yang dulu dikerjakan programmer, sekarang memang bisa di-handle AI dengan cukup baik.
3. Hal-hal yang masih sangat sulit digantikan AI
Di sisi lain, masih ada banyak hal yang AI sangat kesulitan lakukan sendiri, terutama yang menyangkut pemahaman konteks dan pengambilan keputusan.
-
Ngerti konteks bisnis & problem nyata
AI bisa nulis kode, tapi dia nggak tahu:
- Aturan bisnis spesifik di tempat kamu kerja.
- Kebiasaan dan kebutuhan user aplikasi kamu.
- Prioritas: mana yang lebih penting, cepat atau rapih, murah atau scalable?
Fitur “upload file” misalnya: batas ukuran file, jenis file yang boleh, perlu virus scanning atau nggak, disimpan di mana — itu semua keputusan yang berhubungan dengan bisnis dan arsitektur, bukan sekadar ngetik kode.
-
Desain arsitektur & trade-off
Milih pakai Laravel, Node, Go, monolith atau microservice, strategi cache, pembagian modul — AI bisa ngasih opsi, tapi yang benar-benar memilih dan menanggung konsekuensinya tetap manusia.
-
Komunikasi & kolaborasi
Programmer itu bukan cuma tukang ngetik kode. Kita juga:
- Ngobrol sama client yang nggak ngerti istilah teknis.
- Jelasin solusi ke tim non-teknis.
- Diskusi prioritas fitur dengan PM atau stakeholder.
Skill kayak gini masih sangat sulit digantikan AI.
-
Kreativitas & “rasa” (taste)
AI bisa bantu kasih ide, contoh, atau variasi. Tapi “rasa” akhir — apakah ini enak dipakai, apakah game-nya fun, apakah UI-nya kerasa pas dengan brand — itu campuran pengalaman, intuisi, dan preferensi manusia.
AI bisa bikin sesuatu yang berfungsi, tapi belum tentu bikin sesuatu yang tepat untuk konteksmu. Di sinilah programmer masih punya peran besar.
4. Programmer seperti apa yang paling berisiko “tergeser”?
Menurutku, yang paling berisiko bukan profesi “programmer” secara keseluruhan, tapi tipe programmer tertentu.
-
Programmer yang kerjaannya cuma copy–paste
Misalnya:
- Ambil jawaban StackOverflow tanpa paham.
- Terima kode dari AI tanpa review sama sekali.
- Nggak tahu kenapa sesuatu bisa jalan, yang penting “jalan aja”.
-
Programmer yang cuma hafal framework, nggak paham dasar
Kalau ditanya:
- HTTP itu apa?
- Bedanya GET dan POST apa?
- Relasi database itu gimana?
dan semua jawabannya “tanya AI aja” — itu rawan.
-
Programmer yang 100% kerjanya repetitif
Misalnya hanya bikin form dan CRUD generik, tanpa ada value lain seperti desain sistem, optimasi, atau komunikasi dengan user.
Kalau kerjaanmu bisa dijelaskan sebagai “sekumpulan copy–paste di editor”, maka AI memang kandidat yang sangat kuat untuk menggantikan pola kerja itu.
5. Gimana caranya programmer bisa “naik level” di era AI?
Daripada cuma takut, lebih enak kalau kita punya rencana upgrade skill. Beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
1. Fokus ke pemahaman problem, bukan sekadar hafal sintaks
Alih-alih cuma nanya:
“Gimana cara pakai fitur X di framework Y?”
Biasakan nanya:
“Kenapa fitur ini ada? Masalah apa yang dia selesaikan?”
2. Latih skill yang susah diotomasi
- Pemodelan data dan desain database yang masuk akal.
- Debugging & reasoning — bisa menelusuri kenapa bug muncul.
- Komunikasi — jelasin hal teknis ke orang non-teknis.
3. Jadikan AI sebagai power tools, bukan autopilot
AI enaknya diposisikan sebagai:
- Asisten yang bantu nulis draft kode.
- Teman diskusi konsep atau arsitektur (minta alternatif).
- Generator test-case awal atau dokumentasi kasar.
Kalau kamu copy–paste jawaban AI tanpa ngerti apa-apa, kamu bukan “programmer yang pakai AI”, tapi cuma “user AI yang kebetulan buka code editor”.
4. Bangun project yang kamu pahami ujung-ke-ujung
Entah itu web app kecil, game 2D, atau tool internal: pakai AI boleh, tapi tantang diri sendiri:
“Kalau AI tiba-tiba hilang hari ini, aku masih bisa jelasin arsitektur dan alur project ini nggak?”
6. Perspektif jangka panjang: profesi berubah, skill ikut berubah
Setiap kali ada teknologi baru, selalu ada kalimat klasik:
- “Komputer bakal ngilangin banyak pekerjaan admin.”
- “Internet bikin toko fisik mati semua.”
- “Template & builder bakal matiin kerjaan desainer.”
Nyatanya, beberapa pekerjaan memang hilang, tapi banyak juga jenis pekerjaan baru yang muncul.
Hal yang sama kemungkinan besar terjadi dengan programmer:
- Tugas yang sangat repetitif dan generik mungkin makin sedikit nilainya.
- Tapi kebutuhan orang yang bisa desain sistem, menggabungkan banyak service (termasuk AI), dan mengerti user, kemungkinan malah naik.
Kesimpulan: Jadi, apakah AI akan menggantikan programmer?
Menurutku, jawaban yang paling jujur adalah: iya dan tidak.
- Iya, beberapa jenis tugas programmer — terutama yang repetitif dan generik — memang sudah dan akan terus diambil alih AI.
- Tidak, profesi programmer sebagai keseluruhan sangat kecil kemungkinan langsung hilang. Yang berubah adalah bentuk kerja dan skill yang dibutuhkan.
Pertanyaan yang lebih penting dari “Apakah AI akan menggantikan programmer?” adalah:
“Programmer seperti apa yang akan bertahan dan tumbuh di era AI?”
Dan menurutku, jawabannya:
- Programmer yang mau terus belajar dan adaptif.
- Programmer yang mengerti konsep, bukan cuma hafal sintaks.
- Programmer yang menjadikan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti otak.
Jadi kalau kamu sekarang lagi belajar atau lagi galau soal masa depan profesi ini, rasa takutmu valid. Tapi jangan berhenti di takut. Ubah ketakutan itu jadi bahan bakar buat upgrade skill.